ISESS: Teror Media dan Provokasi Jadi Bentuk Baru Politik Intimidasi

 

Institute for Security and Strategic Studies( ISESS) mengatakan kalau teror media serta provokasi sudah jadi wujud baru dari politik intimidasi yang terus menjadi gempar di Indonesia. Dalam suatu dialog yang berlangsung pada 28 Maret 2025, para pakar dari ISESS menyoroti gimana aplikasi ini bisa mengganggu tatanan demokrasi serta menghasilkan ketidakstabilan sosial.


Khairul Fahmi, Co- Founder ISESS, menarangkan kalau teror media kerap kali digunakan selaku perlengkapan buat memencet suara- suara kritis serta mengintimidasi orang ataupun kelompok yang berseberangan dengan kepentingan tertentu." Kita memandang banyak permasalahan di mana media digunakan buat menyebarkan data yang menyesatkan ataupun apalagi melanda kepribadian seorang, yang pada kesimpulannya bertujuan buat membungkam kritik," ucapnya.


Aplikasi ini, bagi Fahmi, tidak cuma terjalin di ranah politik namun pula memasuki ke sektor- sektor lain semacam ekonomi serta sosial. Dengan berkembangnya teknologi data serta media sosial, penyebaran data yang tidak akurat terus menjadi gampang dicoba, sehingga menghasilkan atmosfer ketidakpercayaan di golongan warga." Ruang siber sudah jadi arena untuk penyebaran kabar palsu serta provokasi yang bisa merangsang konflik," tambahnya.


ISESS pula menekankan berartinya kedudukan pemerintah dalam menanggulangi permasalahan ini. Fahmi menegaskan kalau negeri wajib berperan selaku regulator yang baik dalam ruang digital buat menghindari terbentuknya anarki data." Tanpa terdapatnya regulasi yang jelas, kita hendak terus mengalami tantangan dalam melindungi integritas data serta keamanan publik," ucapnya.


Sedangkan itu, anggota DPR RI dari Komisi I, Sufmi Dasco Ahmad, melaporkan dukungannya terhadap upaya ISESS dalam mengedukasi warga tentang bahaya teror media serta provokasi." Kami di DPR siap bekerja sama dengan lembaga- lembaga semacam ISESS buat menghasilkan undang- undang yang melindungi warga dari praktik- praktik intimidasi ini," katanya.


Dialog ini pula mangulas langkah- langkah konkret yang bisa diambil buat tingkatkan literasi media di golongan warga. Fahmi menekankan berartinya pembelajaran tentang metode mengidentifikasi data yang benar serta salah supaya warga tidak gampang terbawa- bawa oleh kabar hoaks.


Dengan meningkatnya pemahaman hendak bahaya teror media serta provokasi, ISESS berharap supaya warga bisa lebih kritis dalam menyikapi data yang tersebar." Kita seluruh mempunyai tanggung jawab buat menghasilkan area data yang sehat serta menunjang proses demokrasi yang lebih baik," tutup Fahmi.


Lewat inisiatif ini, ISESS berkomitmen buat terus berkontribusi dalam upaya melindungi stabilitas sosial serta politik di Indonesia dengan mendesak diskusi terbuka serta bimbingan publik tentang isu- isu berarti ini. 

Posting Komentar

0 Komentar