Ayatollah Khamenei Tolak Ancaman Trump, Iran Tegaskan Tidak akan Bernegosiasi di Bawah Tekanan

 

Pada bertepatan pada 9 Maret 2025, Pemimpin Paling tinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menjawab pesan dari Presiden Donald Trump yang berisi ancaman aksi militer bila Iran tidak ingin bernegosiasi tentang program nuklirnya. Khamenei menuduh AS serta negara- negara penindas yang lain menetapkan persyaratan yang tidak realistis serta tidak berharap Iran hendak memenuhinya. Dalam pertemuan dengan pejabat besar Iran, Khamenei menegaskan kalau perundingan tidak bertujuan menuntaskan permasalahan, melainkan buat memaksakan kehendak mereka sendiri.


Respons Khamenei ini menampilkan perilaku tegas Iran terhadap tekanan AS. Iran menegaskan kalau mereka tidak hendak bernegosiasi di dasar ancaman ataupun tekanan, paling utama sehabis pengalaman kurang baik dengan perjanjian nuklir 2015 yang ditinggalkan oleh AS pada masa pemerintahan Trump lebih dahulu. Menteri Luar Negara Iran, Abbas Araghchi, pula menegaskan kalau Iran tidak hendak bernegosiasi di dasar" tekanan maksimum" yang diterapkan oleh AS.


Tegangan antara AS serta Iran terus menjadi bertambah sehabis Trump mengirim pesan yang berisi ancaman aksi militer bila Iran tidak ingin bernegosiasi. Walaupun Trump melaporkan keterbukaan buat menggapai konvensi damai, Iran senantiasa skeptis terhadap hasrat AS. Khamenei menegaskan kalau Iran tidak hendak penuhi harapan AS terpaut nuklir, paling utama sebab AS sudah menetapkan persyaratan yang tidak masuk akal[8]. Perihal ini menampilkan kalau ikatan AS- Iran masih jauh dari penyelesaian damai.


Dalam jangka panjang, ikatan AS- Iran diperkirakan hendak terus tegang sepanjang tekanan serta ancaman terus bersinambung. Iran senantiasa berkomitmen buat tidak bernegosiasi di dasar tekanan, sedangkan AS terus mempraktikkan strategi" tekanan optimal" buat menghalangi kegiatan ekonomi serta nuklir Iran. Dengan perilaku tegas dari kedua belah pihak, prospek penyelesaian damai nyatanya masih jauh dari tercapai. Tetapi, upaya diplomasi terus dicoba buat mencari pemecahan yang lebih damai serta normal untuk kedua negeri. 

Posting Komentar

0 Komentar