Menjelang Rapat Dewan Gubernur( RDG) Bank Indonesia( BI), bermacam ekonom mengantarkan proyeksi supaya BI mempertahankan suku bunga acuan ataupun BI Rate di tingkat 5, 75%. Pertimbangan utama merupakan ketidakpastian ekonomi global yang masih besar.
Head of Macroeconomics and Market Research Permata Bank, Faisal Rachman, memperhitungkan kalau mempertahankan BI Rate di tingkat 5, 75% merupakan langkah logis di tengah ketidakpastian global, paling utama sehabis banyak pejabat The Fed yang cenderung menunjang suku bunga kebijakan AS yang besar buat jangka waktu yang lebih lama[*high- for- longer*]. Pengamat Ekonomi SigmaPH Indonesia, Hardy R Hermawan, pula berkomentar seragam.
Hardy R Hermawan meningkatkan kalau upaya buat tingkatkan cadangan devisa serta likuiditas lewat kebijakan Devisa Hasil Ekspor Sumber Energi Alam( DHE SDA) lagi dicoba, tetapi tekanan terhadap Rupiah masih lumayan kokoh. Sebagian hari terakhir Rupiah cenderung terus melemah terhadap Dolar AS.
Faisal Rachman dari Permata Bank menuturkan kalau Permata Institute for Economic Research( PIER) memandang terdapatnya ruang untuk BI buat memotong suku bunga acuan sebesar 25 basis point( bps) bila informasi inflasi rendah serta surplus perdagangan bersinambung.
Walaupun kebanyakan ekonom memprediksi BI hendak mempertahankan suku bunga, sebagian ekonom, tercantum Mirae Asset Sekuritas Indonesia, memperkirakan hendak terdapat pemangkasan 25 bps jadi 5, 5% buat mendesak perkembangan ekonomi[5]. Tetapi, pemangkasan suku bunga berpotensi mendesak volatilitas nilai ubah Rupiah.
Selaku data, pada Rapat Dewan Gubernur( RDG) bulan Januari 2025 kemudian, BI merendahkan BI- Rate sebesar 25 bps jadi 5, 75%, suku bunga*Deposit Facility* jadi 5, 00%, serta suku bunga*Lending Facility* jadi 6, 50%. Keputusan ini beriringan dengan prakiraan inflasi rendah, nilai ubah Rupiah yang terpelihara, serta perlunya upaya mendesak perkembangan ekonomi.
0 Komentar